Saturday, October 15, 2016

[Life Story] [Review] Belajar Bahasa Jerman di Goethe Bandung

Hai, apa kabar para pembaca? Kali ini, aku pengen cerita tentang pengalaman aku belajar bahasa Jerman di Goethe Bandung.

Aku mulai belajar bahasa Jerman karena... apa ya? Gak ada alasan khusus sih kenapa aku pengen belajar bahasa Jerman. Banyak yang belajar bahasa Jerman itu karena pengen beasiswa ke Jerman, mau menikah dan tinggal di Jerman, dan lainnya. Sedangkan aku? Hmmm, hanya ingin mengisi waktu luang aja sih. Aku ingin bisa mengembangkan kemampuan bahasaku, lalu kenapa tidak? Hehehe.

Aku belajar bahasa Jerman sudah sejak 8 Oktober 2016 kemarin, dan hari ini, 15 Oktober 2016 merupakan pertemuan kedua. Aku mengambil kelas hari Sabtu pukul 7.30 hingga 12.45 WIB. Kayak sekolah sih jam pelajarannya, ada 2 istirahat. Istirahat pertama sekitar 15 menit dan kedua sekitar 30 menit. Sejauh ini, aku senang sekali bisa belajar bahasa lain. Menurutku, kalau teman-teman sudah memiliki bahasa Inggris yang baik atau setidaknya dapat mengerti bahasa Inggris, teman-teman bisa belajar bahasa Jerman dengan lebih mudah. Why? Karena dalam bahasa Jerman juga terdapat kata-kata internasional, seperti Telefon untuk telepon dan Schule untuk sekolah.




Untuk bisa mendaftar ke Goethe, kita harus mendaftar di jam dan tanggal yang sudah ditentukan oleh mereka. Menurutku, untuk daftarnya itu sebaiknya di hari pertama supaya kelasnya masih pada kosong. Bodohnya aku, aku daftar di hari kedua. Jadi kelasnya udah sisa yang hari Sabtu. Begitu selesai melakukan proses pendaftaran dan membayar uang les, kita dapat membeli buku di sebuah stand di luar ruangan pendaftaran. Karena saya anak baru, saya langsung masuk ke level A1.1 atau level paling mendasar dari bahasa Jerman, Buku itu harus saya beli Rp210.000 dan mendapatkan 3 buah buku, buku les yang tebal, buku tipis untuk latihan dan buku vocabulary.










Jadi, foto-foto diatas adalah pemandangan yang aku liat ketika masuk Goethe. Kalo buat temen-temen yang belom tau, Goethe Bandung itu ada di Jl Riau no 48, tepat di sebelah Sekolah Taruna Bakti dan di seberang Sekolah Yahya. Goethe Bandung terletak tepat di tengah kota, mudah diakses dan dekat kemana-mana. Untuk yang belom tau, Goethe Bandung juga dilewati oleh angkutan umum seperti Margahayu-Ledeng arah Margahayu Raya dan arah Ledeng serta Kalapa-Ledeng (namun harus turun di depan Summit FO ya karena gak lewat depannya). Oiya, pada tanggal 15, 16, 17 Oktober 2016 ini juga sedang disiarkan film-film berbahasa Jerman di Ciwalk XXI Bandung dan pemutaran film itu gratis. Namun, ada beberapa film yang diperuntukkan untuk anak usia 21 tahun keatas karena terdapat konten-konten yang kurang patut disaksikan anak di bawah umur. 





Foto diatas merupakan keadaan di kelas saya. Sebenarnya, kelas saya berisi 22 orang dan sudah penuh. Namun, foto tersebut diambil ketika saya sedang istirahat, jadi kelasnya kosong. Hehehe. Kelasnya nyaman loh dan papan tulis di depan itu bukan dari whiteboard, melainkan komputerisasi gitu. Aku juga gak ngerti gimana, tapi buatku itu canggih sih. Hahaha. 






Itu adalah foto-foto pemandangan di depan ruang kelas, kantin, dan kantornya. Jujur, suasana di Goethe Bandung ini homy banget. Bikin betah sih. Sayangnya, karena aku belom begitu kenal dekat dengan orang-orangnya, rasanya pengen cepet-cepet pulang atau mengansos di Perpusnya. Hahaha. Nah, tadi pas saya selesai les, saya mencoba untuk mengunjungi Perpusnya dan membuat kartu anggota. Untuk anak yang les, tidak usah membayar, hanya menunjukkan kartu les dan memberikan pasfoto 2x3 2 buah, dan kartu keanggotaan bisa langsung jadi. Namun, untuk yang tidak mengikuti lesnya, kalian harus membayar sejumlah uang yang saya gatau jumlahnya berapa. Maafkan. 

Suasana perpusnya itu seperti... 






Gimana nih, Mas, Mbak, enak banget kan suasana perpusnya? Enak dan nyaman banget buat baca sih sebenernya. Sepi dan cozy gitu. Kalo untuk ngerjain tugas yang pake laptop, tadi aku gak ngeliat colokan listrik di sekitar meja belajarnya. Tapi, di perpusnya disediakan 3 buah komputer yang bisa digunakan untuk browsing-browsing gitu. Selain meja belajar, terdapat sofa-sofa cantik deket pintu masuk dan ada bean bag gitu. Gemes banget perpusnyaa. Koleksi buku yang disediakan ada bermacam-macam, namun mayoritas bahasa Jerman. Maklum, namanya juga tempat belajar bahasa Jerman, jadi wajar aja. Namun, saya juga menemukan koleksi berbahasa Indonesia, namun buku yang saya pinjam tersebut sedikit berat sih untuk anak sekolahan. Koleksi buku yang terdapat itu ada geografi Jerman, sejarah Jerman, literatur Jerman, umum, fofografi, seni, buku untuk ujian bahasa Jerman, dan media seperti CD lagu atau DVD film. 


Nah, itu adalah buku yang saya pinjam dari perpusnya berjudul Heidegger dan Mistik Keseharian yang ditulis oleh F. Budi Hardiman yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia terbitan tahun 2016. Agak berat sih isinya karena topiknya mengenai filsafat. Tapi, berhubung aku kangen dengan mata kuliah filsafat di kampus, jadi ya dicoba dibaca dan dipahami. 

Wednesday, October 12, 2016

[Life Story] After Graduate College, then What?

Hai, selamat malam kepada para pembaca. Apa kabar? Sudah sekian lama ya aku tidak menulis di blog ku. Maafkan ya, sekarang-sekarang aku sedang dihantui oleh pikiranku sendiri. Hahaha.

Aku sudah menceritakan bagaimana aku lulus dan mengalami prosesi wisuda. Kalian bisa baca cerita lengkapnya disini. Setelah kurang lebih satu bulan lamanya setelah aku wisuda, aku kembali menjadi anak rumahan. Diam di rumah, bangun siang, tidur-tiduran di kamar, nonton youtube, browsing, menulis dan les bahasa di hari Sabtu. Itu adalah kerjaanku selama sebulan kebelakang. Setelah aku wisuda, banyak hal yang ingin aku capai. Salah satunya mendapat pekerjaan yang layak. Layak menurutku adalah pendapatan yang sesuai dengan biaya hidup selama di Bandung atau domisili pekerjaan serta setara dengan beban pekerjaan yang diberikan. Ketika aku kuliah, aku menganggap enteng mengenai pekerjaan dan mempunyai pikiran bahwa mendapatkan pekerjaan itu mudah. Ya, namanya juga pemikiran anak kuliahan yang masih labil dan belum merasakan kerasnya hidup.

Tapi ternyata, mendapat pekerjaan yang sesuai dengan passion dan layak itu sulit ya.

Itu adalah jawaban yang aku dapatkan sekarang. Lalu apa dong yang harus dilakukan untuk mengisi waktu luang?

Aku sering banget protes/bete/mumet ketika aku tidak memiliki waktu untuk melakukan me-time atau rehat dari rutinitas. Sekarang, ketika aku memiliki waktu yang sangat banyak untuk melakukan me-time, pusing juga sih. Jujur, aku merasakan kebosanan dalam diri ketika aku tidak memiliki rutinitas. Ternyata, memiliki rutinitas itu begitu menyenangkan. Beruntunglah kalian yang masih sekolah, kuliah, bekerja atau memiliki kegiatan rutin yang setiap hari dilakukan. Nikmati selagi bisa dinikmati. Dapat produktif dan menyibukkan diri itu mengasyikkan loh.

Aku memang orang yang menikmati dan menyukai memiliki rutinitas atau pekerjaan yang rutin dilakukan. Why? Bingung juga sih ketika ditanya kenapa aku seneng melakukan rutinitas. Aku memang anak yang senang dengan kerapihan dan mengorganisir sesuatu. Makanya, ketika aku tidak memiliki rutinias, aku jadi bingung. Aku memiliki beberapa kegiatan yang sekarang-sekarang ini aku lakukan untuk mengisi waktu luangku.


1. Belajar hal baru


Setelah aku lulus, aku menyadari bahwa skill yang aku miliki untuk menyongsong masa depan itu masih dalam level bawah. Oleh karenanya, aku mulai mengeksplor apa saja yang harus aku pelajari. Banyak sekali yang ingin aku pelajari, namun untuk menghindari yang namanya overlapping dalam belajar suatu hal, aku memulainya dengan belajar bahasa Jerman (reviewnya disini). Aku seneng banget sih bisa belajar bahasa baru, bener-bener baru dan belum pernah aku pelajari sebelumnya. Ketika aku kuliah, aku selalu memiliki cita-cita untuk bisa jalan-jalan ke Eropa, salah satunya Jerman. Semoga setelah aku mempelajari bahasanya, aku bisa beneran pergi ke Jerman. Aamiin.


2. Merapikan dan Membersihkan Lingkungan


Aku seneng banget ngeliat sesuatu itu rapi, bersih, dan terorganisir. Entah kenapa, kalau melihat sesuatu yang tidak rapi, kotor dan tidak terorganisir itu, aku merasa stres. Merapikan sesuatu juga sering menjadi alasan atau sesuatu yang mengganggu aku untuk belajar sebelum ujian. Pernah gak sih tiba-tiba muncul dalam pikiran kamu, "ah beresin kamar dulu" sebelum kamu ujian? Aku sering banget. Saking seringnya, malah belajar sebelum ujiannya suka gak mulai-mulai. Hahaha.

Kita bisa mulai merapikan kamar kita (kasur, lemari, meja rias, meja belajar, dan lainnya), merapikan rumah kita (itung-itung bantu mamah) yang dimulai dengan nyapu kamar dan dilanjut dengan nyapu seisi rumah serta  nyuci mobil atau motor. Itu adalah beberapa kegiatan bersih-bersih yang selalu aku lakukan. Jujur, rajin membersihkan sesuatu itu sangat bermanfaat loh. Bisa bakar lemak (karena ketika bersih-bersih itu kita melakukan gerakan yang terus menerus), bisa membuat pandangan dan pikiran rileks (karena lingkungan bersih), dan bisa memudahkan kita ketika mencari barang. Hahaha. Ya, aku merasakan sendiri loh ketika lingkunganku bersih, aku bisa mencari barang dengan sangat mudah.


3. Lakukan Hobimu


Hobiku banyak. Salah satunya adalah nonton youtube mengenai tutorial make-up, vlog orang, atau berita terkini. Selain itu, aku senang menulis di blog ataupun diary pribadiku. Aku merasakan bahwa ketika menulis itu aku bisa melepaskan penatku. Aku bisa menulis semua yang aku rasakan dan pikirkan di diary pribadiku. Untuk menulis di blog, aku lebih suka menulis review tempat atau make up, cerita-cerita hidupku yang bisa diambil pelajarannya, dan tips-tips berguna.

Hobiku yang lain adalah mengambil foto atau video. Baik itu foto atau video yang bersifat pribadi atau pemandangan atau keadaan sekitar. Melalui foto itu, aku bisa menjelaskannya dengan kata-kata. Foto dan menulis merupakan hobi yang saling berkaitan untukku. Dengan foto, aku bisa mengabadikan moment-moment berhargaku dan dengan menulis, aku bisa merangkai kata supaya foto itu dapat lebih bermakna.  Dibawah, ada beberapa gambar mengenai my life companion. Bukan bermaksud sombong, hanya ingin menceritakan mengenai barang-barang yang sudah menemaniku hingga detik ini.




Foto diatas adalah kameraku. Kamera yang udah nemenin aku dari SMA kelas 2 sampai detik ini. Sudah menemaniku melewati fase-fase kehidupan, mengambil berbagai momen berharga, melewati dua fase wisuda (SMA dan Kuliah), mulai dari newbie mengenai kamera dan foto sampai sekarang yang skill fotografinya biasa aja. Mulai dari baru sampai pernah di benerin dan memakan biaya yang sangat mahal. Hahaha. Makasih ya kameraku sayang udah nemenin sampai detik ini. Semoga kameraku bisa nemenin sampai fase kehidupan selanjutnya dan bisa diturunin ke anak. Aamiin. 




Laptopku tersayang. Nemenin dari belom skrispsian sampe sekarang udah lulus. Dari masa-masa jahiliyah sampai jadi bener sedikit. Hahaha. Sudah menghasilkan berbagai tulisan, ilmiah sampai gak ilmiah sama sekali. Semoga gak rusak ya kamu. Terimakasih sudah mengantarkanku hingga detik ini. 





Ini adalah buku diaryku. Didapat dari pemberian seorang teman. Buku ini begitu berharga karena berisi foto-foto pribadi, cerita-cerita pribadi mulai dari yang gak penting sampai cerita menguras hati dan pikiran serta berbagai dokumen-dokumen bersejarah. Terimakasih ya diaryku, sudah menjadi curahan hatiku dan menerimaku dalam masa-masa sulit. 



Foto diatas merupakan handphoneku. Iphone 5 merupakan handphone yang bersejarah karena aku dapat membelinya sendiri, menjadi saksi kemarahanku saat itu sehingga ia harus di service dengan harga mahal serta menjadi saksi hidupku juga. Oppo F1 Plus, menjadi handphone ku yang paling aktif sekarang. Kedua handphone tersebut sudah membantuku untuk memudahkan aku bekerja, belajar, apalagi mengambil foto (ketika aku malas membawa kamera). Terimakasih ya. 



Menjadi Seorang Budak Korporat?

Haiiiii... Udah lama banget aku gak nulis blog.. Kangen buat nulis, tapi waktu yang aku punya buat nulis sulit banget rasanya :( Baru-baru...