Wednesday, September 7, 2016

[Life Story] Macet yang Bikin Makan Hati

Hai! Apa kabar? Udah lama yah aku gak nulis di blog ini. Jadi, kali ini aku mau cerita tentang pengalamanku sehari-hari selama di Bandung. Ya, kali ini aku mau cerita tentang.... kemacetan kota Bandung. Biasa banget gak sih topiknya? 

Tapi, buatku, topik ini gak akan ada habis-habisnya sih buat dibahas. Bayangin aja, dari rumah ke kampus itu aku harus menempuh jarak 20 kilometer yang harus ditempuh dalam waktu minimal 40 menit. Itu kalau jalanan lancar. Kalau dalam keadaan macet, aku harus menempuh waktu sekitar 1,5-2 jam dalam satu kali perjalanan. Gila ya Bandung sekarang?


 (Sumber : dokumentasi pribadi)

Gimana menurutmu? Itu merupakan jalan pintas loh. Kebayang dong kalo lewat jalan biasa? Kemacetan yang terjadi juga salah satu faktornya menurutku karena motor yang tidak mau mengantri di belakang mobil. Banyak loh para pengguna motor yang sering selap-selip diantara dua mobil. Nah, selap selip yang dilakukan oleh motor itu kadang suka di tempat yang sulit dan membahayakan diri mereka sendiri. You know what I mean? Maksudku, menyusul di antara dua mobil yang jaraknya saling berdekatan depan dan belakang lalu berdekatan antara samping kanan dan kiri. Bayangin aja, gimana stresnya pengguna mobil?

Bukan hanya pengguna motor aja loh yang kadang bikin saya sebagai pengguna mobil stres. Ada angkot, bis damri yang kadang suka berhenti seenak jidat (kalo ini sih agak dibela dengan keadaan halte bis di Bandung yang tidak mendukung, seperti digunakan untuk berdagang dan bobok untuk para gelandangan) dan lainnya.

Lalu, begitu sampai kampus, aku harus mencari parkiran yang begitu......



 (Sumber : dokumentasi pribadi)




 (Sumber : dokumentasi pribadi)





Sesak. Bisa dilihat sendiri kan? Ini merupakan parkiran kampusku loh... Jujur, aku sebenernya agak capek juga sih bawa kendaraan pribadi. Alasan pertama, macet. Kedua, cari parkir susah. Ketiga, bayar parkir mahal. Namun, banyak hal yang dilematis sih. 

Aku tinggal di Bandung bagian timur dan kampusku berada di Bandung bagian utara. Aku menggunakan kendaraan pribadi dengan tujuan untuk menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, aku masih merasakan menggunakan angkutan umum itu sedikit tidak aman bagi kaum perempuan khususnya di malam hari. Selain itu, masih banyak pula supir angkutan umum yang ugal-ugalan kalau nyetir mobilnya. 

Selain itu, fasilitas bagi para pengguna jalan seperti trotoar, zebra cross dan jembatan layang yang belum memadai menjadi tantangan tersendiri. Trotoar yang banyak digunakan untuk parkiran motor, jalan pintas motor yang terjebak macet, atau bahkan jualan. Oh my. Terkadang, pikirannya suka disimpen dimana ya.

Trotoar itu gunanya untuk digunakan pejalan kaki loh, bukan untuk jualan. Saya tau sih retribusi untuk berjualan itu sedikit mahal, tapi demi kenyamanan dan keamanan bersama, kenapa sih aturan itu gak diikuti? Malah, pemkot Bandung sudah pernah mengeluarkan aturan : apabila ada yang bertransaksi jual beli di trotoar (khususnya yang diberi zona merah oleh pemerintah) akan di denda sebesar satu juta rupiah. Bagi saya, nominal tersebut mahal sekali untuk transaksi yang tidak seberapa jumlahnya. 

Bagi para pemotor yang terhormat, tolong jangan gunakan trotoar sebagai jalan pintas anda dong. Hak para pejalan kaki disimpan dimana? Tolong, kalian sudah diberi jalan yang besar dan luas sekali. Saya tau, macet itu melelahkan. Capek hati, jiwa dan pikiran. Tapi, hormati hak orang lain ya Mas, Mbak. Bayangin aja, kalau seandaikan kami para pengguna mobil mengambil hak anda di jalan dengan melarang pengguna motor menggunakan jalan raya, apa yang anda rasakan? Marah toh? Sama kok Mas, Mbak. Pejalan kaki juga sebenarnya marah dengan orang-orang yang mengambil haknya. Jadi, sesama pengguna jalan raya, hormatilah hak dan kewajiannya masing-masing ya. 

Harapan saya ke depannya, semakin banyak orang yang sabar serta waras dalam berkendara. Yuk hormati hak dan kewajiban masing-masing pengguna jalan. 



 Terima kasih untuk para pembaca yang sudah membaca tulisan saya. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata dan kalimat dalam tulisan saya. Selain itu, mohon maaf apabila omongan saya ada beberapa yang belum didukung dengan foto. Namun, tulisan saya ini merupakan tulisan jujur dari apa yang saya alami. Jangan lupa follow instagram saya @nurshantikusuma ya! See you in my next post!




No comments:

Post a Comment

Menjadi Seorang Budak Korporat?

Haiiiii... Udah lama banget aku gak nulis blog.. Kangen buat nulis, tapi waktu yang aku punya buat nulis sulit banget rasanya :( Baru-baru...